Rutan Kelas I Surabaya Perkuat Reformasi Layanan Pemasyarakatan Melalui Pembangunan Fasilitas dan Pembinaan Humanis

Inshot 20251104 195218344

Surabaya, 4 November 2025 —Koran Merah Putih Dalam upaya memperkuat tata kelola lembaga pemasyarakatan yang berintegritas dan berorientasi pada pelayanan publik yang berkualitas, Kepala Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Surabaya, Tristiantoro Adi Wibowo, meninjau secara langsung progres pembangunan sarana dan prasarana di lingkungan Rutan Surabaya pada Selasa (4/11/2025).

Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda monitoring dan evaluasi (monev) rutin yang dilakukan oleh jajaran Rutan Surabaya untuk memastikan seluruh kegiatan fisik, program pembinaan, serta layanan publik berjalan sesuai standar nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kemenimipas) melalui Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS).

Pembangunan Fasilitas Sebagai Fondasi Pelayanan Pemasyarakatan yang Modern dan Aman

Dalam kesempatan tersebut, Tristiantoro meninjau beberapa titik strategis yang tengah mengalami proses renovasi dan pembangunan, seperti pagar pengamanan utama serta lapangan serbaguna yang akan dimanfaatkan sebagai area kegiatan dan pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).

Ia menekankan pentingnya setiap proses pembangunan memperhatikan tiga aspek utama: keamanan, ketertiban, dan kebermanfaatan jangka panjang. Menurutnya, pembangunan infrastruktur bukan hanya tentang memperindah fisik lembaga, tetapi juga bentuk nyata komitmen untuk menciptakan sistem pemasyarakatan yang aman, bermartabat, dan manusiawi.

> “Seluruh proses pembangunan harus memenuhi prinsip akuntabilitas, transparansi, dan ketepatan waktu. Fasilitas yang kita bangun hari ini menjadi simbol dari komitmen kita dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik di bidang pemasyarakatan,” tegas Tristiantoro.

Ia juga mengingatkan pentingnya penerapan standar keselamatan kerja dalam setiap proyek pembangunan, baik bagi pelaksana kegiatan maupun warga binaan yang terlibat dalam program kerja produktif.

Pendekatan Humanis: Dialog Langsung dengan Warga Binaan

Di sela kegiatan peninjauan, Tristiantoro juga meluangkan waktu untuk berinteraksi dan berdialog langsung dengan para warga binaan. Dalam suasana terbuka dan penuh kekeluargaan, ia mendengarkan berbagai masukan dan aspirasi terkait program pembinaan, kesehatan, dan pemenuhan hak-hak dasar selama menjalani masa pidana.

> “Pembinaan bukan hanya rutinitas, tetapi proses membangun kembali jati diri dan tanggung jawab sosial warga binaan agar mereka siap berkontribusi positif ketika kembali ke masyarakat,” ujarnya.

Pendekatan ini menjadi wujud nyata pelaksanaan pemasyarakatan yang humanis, di mana relasi antara petugas dan warga binaan dibangun atas dasar saling menghormati serta mendorong perubahan perilaku menuju kehidupan yang produktif.

Langkah tersebut juga mencerminkan nilai-nilai reformasi birokrasi Kemenimipas, yang menempatkan manusia sebagai pusat dari setiap kebijakan dan layanan publik.

Sejalan dengan Agenda Nasional: Penguatan Tata Kelola dan Inovasi Pelayanan Publik

Kegiatan monitoring ini sejalan dengan kebijakan nasional pemerintah di bawah Kemenimipas yang menitikberatkan pada peningkatan kualitas layanan publik dan reformasi tata kelola lembaga pemasyarakatan.

Tristiantoro menegaskan, seluruh aktivitas di Rutan Surabaya harus selaras dengan semangat program “Setahun Bekerja, Bergerak – Berdampak”, yang menekankan pada efektivitas kerja, efisiensi anggaran, dan keberlanjutan hasil program.

> “Kami ingin memastikan bahwa setiap langkah yang dilakukan di Rutan Surabaya tidak hanya berorientasi pada capaian administratif, tetapi juga memberi dampak langsung bagi masyarakat, petugas, dan warga binaan,” jelasnya.

Transformasi Layanan Melalui Peningkatan Sarana dan Pembinaan Produktif

Pembangunan fasilitas baru di Rutan Surabaya diarahkan untuk memperkuat fungsi lembaga pemasyarakatan sebagai pusat pembinaan sosial. Beberapa infrastruktur yang dikembangkan mencakup ruang kegiatan keterampilan, tempat ibadah, area olahraga, serta fasilitas pelatihan kerja.

Fasilitas tersebut diharapkan dapat memperluas kesempatan bagi warga binaan untuk mengembangkan potensi diri, memperoleh keterampilan baru, dan memperkuat kesiapan mereka untuk kembali ke masyarakat setelah masa pidana berakhir.

Dengan demikian, Rutan Surabaya bertransformasi dari sekadar tempat penahanan menjadi wadah pembinaan karakter dan pemberdayaan manusia.

Sinergi, Transparansi, dan Pengawasan Berkelanjutan

Dalam kesempatan itu, Tristiantoro juga menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor antara Rutan, pemerintah daerah, aparat penegak hukum, dan masyarakat dalam menjaga stabilitas keamanan serta keberlanjutan program pembinaan.

Ia menambahkan bahwa seluruh kegiatan pembangunan dan pembinaan harus berada di bawah pengawasan berjenjang yang ketat agar prinsip transparansi dan efektivitas penggunaan anggaran negara dapat terjamin.

Kegiatan monitoring dan evaluasi rutin seperti ini akan terus dilakukan untuk memastikan seluruh target fisik dan non-fisik di lingkungan Rutan Kelas I Surabaya berjalan sesuai arah kebijakan Ditjen Pemasyarakatan Kemenimipas.

Meneguhkan Komitmen Pelayanan Publik yang Bermartabat

Melalui langkah konsisten ini, Rutan Kelas I Surabaya menegaskan diri sebagai bagian dari transformasi besar dalam sistem pemasyarakatan Indonesia.

Dengan dukungan seluruh jajaran dan sinergi antarinstansi, peningkatan infrastruktur serta kualitas pembinaan diharapkan mampu menghadirkan lingkungan pemasyarakatan yang lebih manusiawi, tertib, dan produktif.

> “Setiap perubahan kecil yang kita lakukan hari ini adalah pondasi bagi perubahan besar di masa depan,” pungkas Tristiantoro Adi Wibowo.

Rutan Kelas I Surabaya — Setahun Bekerja, Bergerak, Berdampak.
Reformasi Pemasyarakatan untuk Layanan Publik yang Berintegritas dan Bermartabat.(DN)

Leave a Reply