Pesan Inklusivitas Yura Yunita Menggema, DBL Festival Jadi Ruang Perayaan Kesetaraan bagi Semua

Yura yunita @dbl fest 3

SurabayaKoran Merah Putih Kamis, 4 Desember 2025. Penyanyi solo Yura Yunita kembali menghadirkan kehangatan di lini masa media sosial lewat unggahan terbarunya yang dipublikasikan bertepatan dengan peringatan Hari Disabilitas Internasional. Dalam video yang ia bagikan, Yura tampil bersama para penari disabilitas—sosok-sosok istimewa yang telah lama menemani perjalanan bermusiknya. Kehadiran mereka bukan saja menjadi bagian dari pertunjukan, tetapi juga simbol kuat bahwa seni adalah ruang untuk semua, tanpa terkecuali.

Melalui sebuah caption singkat namun sarat makna, Yura menulis, “Hari ini kita kembali diingetin, kalo semua orang punya caranya sendiri buat bersinar… Selamat Hari Disabilitas Internasional 2025.” Ucapan tersebut menjadi pengingat lembut bagi banyak orang bahwa keberagaman bukanlah hal yang perlu ditutupi, melainkan sesuatu yang layak dirayakan sepenuh hati.

Momen Penuh Arti dari Panggung DBL Festival 2025

Video menyentuh itu rupanya berasal dari momen spesial ketika Yura tampil di DBL Festival 2025, yang digelar pada Mei lalu di Grand Atrium Kota Kasablanka. DBL Festival merupakan bagian dari rangkaian besar DBL Camp, pusat pelatihan basket pelajar terbesar di Indonesia yang setiap tahun mengumpulkan siswa-siswa berprestasi dari berbagai daerah, mulai dari Aceh hingga Papua.

Penampilan Yura saat itu menjadi salah satu yang paling dikenang oleh pengunjung. Ia membawakan delapan lagu yang mengisi ruang pusat perbelanjaan dengan nuansa hangat dan energik. Namun, puncak emosional tercipta ketika Yura menyanyikan “Merakit,” lagu yang identik dengan pesan tentang kekuatan diri dan penerimaan. Pada momen itu, lima penari cilik dari komunitas GStar—yang terdiri dari anak-anak berkebutuhan khusus—melangkah ke panggung. Dengan gerakan yang penuh keberanian dan kepercayaan diri, mereka menari seraya menegaskan bahwa tubuh dengan segala kondisinya tetap mampu berkarya dan menginspirasi.

Kolaborasi tersebut menjadi bukti bahwa bagi Yura, inklusi bukan sekadar slogan. Itu adalah komitmen yang ia bawa dalam setiap karya dan panggung. Semangat yang sama ternyata juga telah lama menjadi napas dalam penyelenggaraan DBL, yang tidak hanya berfokus pada kompetisi basket, tetapi juga pada ruang tumbuh bagi semua kalangan.

Final Honda DBL 2025 Jakarta: Bukti Nyata Ruang Inklusif

Semangat inklusi DBL kembali terlihat kuat dalam gelaran Final Honda DBL with Kopi Good Day 2025 Jakarta yang berlangsung di Indonesia Arena pada 21 November 2025. Pada ajang tersebut, DBL membuka kesempatan bagi komunitas tuli KamiBijak untuk menyaksikan langsung pertandingan final.

Sebanyak tujuh teman tuli hadir sebagai penonton, dan salah satunya bahkan bertugas sebagai fotografer—sebuah langkah kecil namun bermakna yang menunjukkan bahwa setiap orang bisa mendapatkan ruang untuk berkarya. Mereka tampak menyusuri selasar arena dengan penuh antusias, meski tidak dapat mendengar gemuruh penonton.

“Waktu suporter berbondong-bondong datang, teman-teman ini tahu betul riuhnya seperti apa. Walaupun punya keterbatasan dalam mendengar, mereka memahami animonya lewat mimik wajah penonton,” ujar Keisha, salah satu pendamping KamiBijak.

Aryani Bunawan, pendamping lainnya, menambahkan bahwa atmosfer pertandingan tak kalah terasa lewat visual. “Dari ekspresi pemain dan penonton, mereka bisa merasakan atmosfernya,” ujarnya.

Perayaan Basket yang Menerima Semua Orang

Upaya menghadirkan ruang bagi penyandang disabilitas bukanlah hal baru bagi DBL. Pada Final DBL Jakarta 2024, Cik Nyimas Dewi Arimbi—ibunda salah satu student athlete dari DBL Palembang—hadir menggunakan kursi roda. Kehadirannya menjadi simbol bahwa Indonesia Arena bukan hanya tempat berlangsungnya pertandingan, tetapi juga ruang yang menyatukan orang-orang dengan berbagai kondisi dan latar belakang.

Peringatan Hari Disabilitas Internasional tahun ini menjadi penegasan kembali bahwa panggung DBL bukan sekadar arena untuk mencari pemenang. Ia adalah ruang yang merayakan keberagaman, menerima perbedaan, dan menghadirkan kesempatan bagi siapa pun untuk menjadi bagian dari perayaan basket terbesar di Indonesia.

Melalui unggahannya, Yura Yunita seakan memperkuat pesan penting itu: bahwa setiap individu, apa pun kondisinya, punya cahaya yang pantas dirayakan. Baik melalui lagu yang dinyanyikan, tarian yang dimainkan, maupun atmosfer pertandingan yang dinikmati, inklusi bukan lagi konsep—melainkan pengalaman nyata yang terus dibangun bersama.(DN)

Leave a Reply