Rehabilitasi SDN Pagerluyung 2 Diduga Bermasalah Atap Masih Bocor, Retakan Tembok Tak Diperbaiki, Pelaksana Lepas Tangan.

Oppo 2

 

Mojokerto – KMP || Proyek Rehabilitasi Gedung SDN Pagerluyung 2 di Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, kembali menuai sorotan tajam setelah tim awak media dan LSM melakukan kontrol sosial pada tahap penyelesaian. Alih-alih selesai dengan baik, justru ditemukan banyak pekerjaan yang belum dirampungkan dan keluhan serius dari para guru di lingkungan sekolah.

Img 20251121 wa0006

Proyek ini menggunakan anggaran Rp 236.978.000 dari APBD Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto Tahun Anggaran 2025. Dengan nilai anggaran sebesar itu, semestinya mutu pekerjaan dapat dipertanggungjawabkan. Namun temuan di lapangan menunjukkan sebaliknya.

Img 20251121 wa0005

Kepala Sekolah SDN Pagerluyung 2, “Mustofa, saat diwawancarai awak media mengungkapkan kekecewaannya terhadap hasil pekerjaan.

Img 20251120 wa0035

“Masih bocor mas, terutama pas di atas kantor. Sambungan genting di atas kantor juga tetap, tidak diganti. Di belakang kelas juga masih banyak yang retak-retak tapi tidak dibenahi. Apa memang tidak ada garansinya?”

Keluhan itu juga dirasakan para guru yang menyebut kondisi bangunan setelah rehabilitasi justru menimbulkan kekhawatiran baru.

Lebih jauh, kondisi seperti ini berpotensi besar mengganggu proses belajar mengajar siswa-siswi, terutama saat hujan. Ruangan yang bocor, tembok retak, serta finishing yang tidak layak dapat menimbulkan ketidaknyamanan, bahkan risiko keamanan.

Dalam jangka panjang, hal ini sangat merugikan dunia pendidikan karena bangunan yang tidak dikerjakan dengan benar akan cepat rusak, sehingga membutuhkan biaya perbaikan baru dan menghambat kegiatan sekolah.

Saat tim mencoba mengonfirmasi pelaksana proyek, Widodo, melalui WhatsApp di nomor 08772109xxxx, jawaban yang diterima sungguh mengejutkan.

“Saya sudah nggak pegang situ pak, langsung komplain dinas saja,” balasnya singkat.

Upaya konfirmasi melalui telepon juga tidak direspons. Sikap tidak kooperatif ini semakin memperkuat kesan bahwa pelaksana menutup diri dan berusaha lepas tanggung jawab atas pekerjaan yang tidak selesai maupun kualitas yang dinilai sangat buruk.

Banyak Pekerjaan Tidak Selesai
Hasil kontrol sosial dari awak media dan LSM menemukan sejumlah catatan serius.

Atap kantor sekolah masih bocor.
Sambungan genting tidak diganti sesuai item pekerjaan.
Dinding belakang kelas masih retak-retak tanpa perbaikan.
Pekerjaan finishing dinilai asal-asalan, tidak sesuai nilai kontrak.

Kondisi ini bukan hanya mencerminkan dugaan ketidaksesuaian RAB, tetapi juga menunjukkan lemahnya pengawasan teknis.

Dampak Serius terhadap Proses Pendidikan
Kerusakan yang muncul setelah rehabilitasi ini bukan persoalan kecil. Kebocoran atap dan retakan bangunan secara langsung mengancam kenyamanan dan keselamatan siswa, sementara kualitas ruang kelas yang buruk dapat:

Mengganggu konsentrasi siswa saat belajar.
Membuat aktivitas guru terhambat karena harus mengantisipasi kondisi ruangan.
Mengganggu jadwal kegiatan sekolah saat musim hujan.
Menimbulkan risiko jatuhnya material bangunan jika kerusakan memburuk.

Dalam jangka panjang, kondisi seperti ini merugikan dunia pendidikan, menggerogoti anggaran negara, dan mengurangi kualitas belajar generasi muda.

LSM dan Media Akan Melaporkan ke Dinas Pendidikan. Melihat besarnya persoalan dan keluhan yang disampaikan guru, pihak media dan LSM menegaskan akan segera membawa temuan ini kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto untuk ditindaklanjuti.

Dengan nilai anggaran ratusan juta rupiah, kualitas pekerjaan seharusnya jauh lebih baik. Proyek ini semestinya memberikan rasa aman bagi siswa dan tenaga pendidik, bukan meninggalkan persoalan baru.

Jurnalis Johanes/tim 7

Leave a Reply