Kolaborasi Maki Jatim Bersama Komnasdik Jatim Perkuat Gerakan Anti-Perundungan di Sekolah untuk Mewujudkan Lingkungan Pendidikan yang Aman dan Berkarakter
Surabaya, Sabtu 1 November 2025 –Koran Merah Putih Dalam upaya memperkuat karakter pelajar sekaligus mewujudkan dunia pendidikan yang aman, ramah, dan bebas kekerasan, Masyarakat Anti Kekerasan Indonesia (MAKI) Jawa Timur secara resmi mencanangkan Gerakan Zona Anti-Bullying di Ground Fairway Ninemall (dahulu Lenmarc Mall) Surabaya. Kegiatan yang bertepatan dengan Jatim Super Exhibition Fair (JSEF) Volume III ini berhasil menghadirkan lebih dari 5.000 pelajar dari berbagai daerah di Jawa Timur, mulai dari Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Pasuruan, hingga Malang.

Gerakan ini menjadi langkah nyata dalam membangun budaya anti-kekerasan di sekolah serta memperkuat kesadaran bersama seluruh insan pendidikan untuk menolak segala bentuk perundungan (bullying) baik fisik, verbal, maupun digital.

Membangun Pendidikan Berbasis Karakter dan Kemanusiaan
Ketua MAKI Jawa Timur, Heru MAKI, dalam sambutannya menegaskan bahwa Zona Anti-Bullying bukan sekadar kegiatan simbolis, melainkan gerakan sosial yang harus menjadi budaya kolektif di lingkungan sekolah. Menurutnya, kesuksesan dunia pendidikan tidak hanya ditentukan oleh pencapaian akademik, tetapi juga oleh kemampuan membangun karakter yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan saling menghormati.
> “Kami ingin Jawa Timur menjadi wilayah zero bullying di sekolah. Anak-anak harus tumbuh dalam suasana yang positif, tanpa kekerasan, tanpa ejekan, dan tanpa diskriminasi,” ujar Heru di hadapan ribuan pelajar yang memadati lokasi acara.
Sebagai simbol komitmen, para peserta menandatangani prasasti deklarasi di atas kain sepanjang 20 meter, yang menjadi penanda tekad bersama untuk mewujudkan sekolah bebas perundungan di seluruh wilayah Jawa Timur.
Layanan Pengaduan Cepat dan Sertifikat Komitmen
MAKI Jawa Timur juga meluncurkan Hotline Pengaduan Khusus Anti-Bullying dengan nomor 0813-3746-3972, yang dapat digunakan oleh siswa, guru, maupun masyarakat untuk melaporkan secara langsung praktik kekerasan di lingkungan pendidikan. Laporan tersebut akan diterima langsung oleh Ketua MAKI Jawa Timur tanpa perantara, guna memastikan penanganan cepat dan tepat tanpa prosedur birokrasi yang rumit.
> “Kami ingin setiap laporan ditindaklanjuti secara langsung dan cepat. Tidak perlu menunggu lama—kami akan turun langsung ke lapangan untuk memastikan tindakan nyata,” tegas Heru.
Sebagai bentuk apresiasi dan penguatan moral, seluruh pelajar yang hadir menerima Sertifikat Anti-Bullying sebagai tanda partisipasi dan komitmen mereka dalam gerakan ini. Sertifikat tersebut menjadi simbol bahwa para siswa yang hadir siap menjadi agen perubahan di sekolah masing-masing.
Lima Ikrar Pelajar Jawa Timur
Puncak acara ditandai dengan pembacaan Naskah Deklarasi Anti-Bullying Insan Pendidikan Jawa Timur, yang diawali dengan momen hening cipta selama satu menit sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai kemanusiaan. Dengan penuh semangat, ribuan pelajar membacakan lima ikrar bersama:
1. Menolak segala bentuk kekerasan fisik, verbal, maupun cyberbullying di lingkungan pendidikan.
2. Mengajak seluruh insan pendidikan untuk menyebarkan pesan positif dan menjauhi perilaku yang merendahkan martabat orang lain.
3. Menumbuhkan sikap peduli serta menghargai perbedaan di lingkungan sekolah.
4. Siap menjadi pelapor aktif terhadap setiap tindakan kekerasan dan perundungan.
5. Berkomitmen mewujudkan sekolah yang ramah anak menuju Profil Pelajar Pancasila dan Generasi Emas 2045.
Deklarasi tersebut diakhiri dengan seruan lantang “Merdeka!” yang bergema di seluruh area acara, melambangkan kebebasan pelajar dari segala bentuk perundungan dan penindasan di sekolah.
Dukungan Pemerintah dan Komisi Nasional Pendidikan
Ketua Komisi Nasional Pendidikan Jawa Timur, Kunjung Wahyudi, turut hadir dan menyampaikan apresiasi terhadap langkah konkret MAKI Jatim dalam menciptakan gerakan sosial di bidang pendidikan. Menurutnya, program ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah dalam memperkuat pendidikan karakter dan perlindungan anak di lingkungan sekolah.
> “Masih banyak kasus kekerasan di sekolah yang belum tertangani secara baik. Gerakan ini menjadi momentum penting untuk membangun kesadaran bersama demi pendidikan yang berkeadaban dan berkarakter,” ujar Kunjung dalam sambutannya.
Kunjung menambahkan bahwa sinergi lintas sektor sangat penting untuk menuntaskan permasalahan kekerasan di sekolah. Pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan masyarakat perlu berjalan bersama untuk membentuk sistem pencegahan yang efektif dan berkelanjutan.
Menuju Jawa Timur Zero Bullying
Deklarasi ini menandai dimulainya gerakan berantai Zona Anti-Bullying di 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur, yang akan dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. MAKI Jawa Timur menargetkan agar setiap kabupaten dan kota memiliki zona bebas perundungan yang diawasi langsung oleh tim relawan dan penggiat pendidikan.
Heru MAKI menegaskan, keberhasilan gerakan ini bergantung pada kolaborasi semua pihak. Dengan dukungan pemerintah daerah, tenaga pendidik, serta partisipasi aktif masyarakat, Jawa Timur diharapkan menjadi provinsi pertama di Indonesia yang berhasil mencapai predikat “Zero Bullying Province.”
> “Ini bukan sekadar deklarasi, melainkan gerakan moral dan sosial. Kami ingin memastikan setiap anak di Jawa Timur dapat belajar dan berkembang tanpa rasa takut, tanpa kekerasan,” pungkas Heru.
Menuju Generasi Pelajar Berkarakter Pancasila
Gerakan Zona Anti-Bullying Jawa Timur merupakan langkah nyata menuju terwujudnya sekolah ramah anak dan berbudaya positif, sesuai visi besar mencetak Generasi Emas Indonesia 2045. Dengan mengedepankan nilai-nilai empati, gotong royong, dan toleransi, Jawa Timur berkomitmen melahirkan generasi pelajar yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral dan spiritual.
Langkah ini sekaligus menjadi wujud nyata kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil dalam membangun sistem pendidikan yang berkeadilan, berkarakter, dan berperikemanusiaan — sebagai fondasi kuat menuju Indonesia yang berdaya saing, bermartabat, dan bebas dari kekerasan.(DN)

